Selasa, 03 Januari 2017

Focus On The Family Indonesia

Mereka yang punya kebiasaan dididik dalam alam pemikiran yang positif serta terbuka bakal tumbuh jadi pemimpin yang tangguh serta bijaksana. Alangkah bangganya kita sebagai orang-tua jika anak-anak kita nantinya bisa jadi seseorang pemimpin yang disegani sekalian di cintai oleh lingkungan sekitarnya.

Waktu berhimpun dalam Focus On The Family Indonesia, satu organisasi yang berpusat di Colorado, AS, kami beberapa ambassador Focus On The Family Indonesia yaitu beberapa kumpulan orang dari beragam ras, suku serta agama tidak sama. Namun ketidaksamaan itu jadi suatu hal yang begitu indah untuk kami, lantaran dengan hal tersebut kami bisa sama-sama isi, sharing dan bangun keduanya. Kami yang tidak sama ini dipersatukan untuk satu maksud, yakni : “Membangun keluarga-keluarga di Indonesia supaya bisa jadi keluarga yang kuat, serasi serta sama-sama menyukai. ”

Apabila kita punya mimpi menginginkan lihat Indonesia jadi satu diantara negara yang disegani didunia, jadi kita harus juga mengawali dengan belajar terima tiap-tiap ketidaksamaan, sekecil serta sebesar apa pun, dalam lingkungan kita dengan sikap positif serta bijaksana. Dan mengawali rutinitas itu dari lingkup keluarga kita. Tanamkan pemikiran serta idealisme positif dalam keluarga Kamu. Kalau tidak sama itu indah.

Ketidaksamaan tunjukkan kalau Tuhan itu Agung serta Maha Besar, lantaran Dia lah yang membuat keragaman dalam kehidupan manusia ciptaanNya. Sekali lagi, kita bisa tidak sama. Namun kita mesti tetaplah satu serta menyatu. Lantaran dengan hal tersebut, kita bisa jadi bangsa yang kuat, besar, dihormati serta jadi contoh positif untuk warga dunia.Yang bener, saat aku makar? Arti makar yaitu usaha untuk menggulingkan pemerintahan yang sah. Mungkin saja bukanlah dalam negara, namun dalam rumah tangga atau kantor. Kalimat makar kerap tanpa ada diakui disampaikan orangtua pada anak-anak. Atau karyawan pada atasan.

Kita makar apabila berkata pada anak-anak, “Bapakmu memanglah payah banget, janganlah dengarkan dia... ” Atau sebagai anak buah kita bergosip dengan rekan serta berkata, “Atasan kita memanglah tak bermanfaat, ngapain kita kerja sungguh-sungguh buat untuk dia. ”

Mungkin saja pemimpin itu masihlah pada posisinya, namun kita sudah menggulingkannya dengan kalimat kita hingga kita tak akan hormat kepadanya, anak-anak tak akan patuh pada ayahnya, istri pada suaminya, serta bawahan pada atasannya. Benih-benih pemberontakan telah disebar.